Selasa, 14 Mei 2013

@JayaYEA : Sukses Itu Berpola, Kegagalan Juga Berpola

Editor’s Note :
Suatu hari di pertengahan tahun 2012, saya menonton acara ideas pitching yang merupakan program dari BNI, acara tersebut diadakan di FX mall Jakarta. Berbagai macam ide dan gaya pitching dari peserta bisa ditonton di sana. Mulai dari yang idenya aneh, gagap sewaktu bicara, membawa alat peraga keren, macam-macam ada di sana.
Salah satu hal yang menarik, ada 1 peserta yang pitching, yang menjawab demikian sewaktu ditanya juri :
Apa yang membedakan produkmu unggul dibanding dengan produk lainnya ?
Karena saya adalah bagian dari komunitas Yukbisnis.com !
Saya tidak ingat persis conversation yang terjadi saat itu, tetapi jawaban itu benar-benar jawaban yang menarik bagi saya, terlepas dari apakah jawabannya nyambung atau tidak dengan pertanyaan juri, tetapi waktu itu saya ingat benar bahwa entrepreneur yang sedang pitching di panggung ini adalah entrepreneur yang sangat bangga terhadap komunitas yang ia terlibat di dalamnya. Kebanggaan yang ditunjukkan olehnya sangat menonjol.
Menariknya lagi, Yukbisnis.com adalah sebuah marketplace, seperti halnya Tokopedia, Bukalapak, Tokobagus, Rakuten, Blibli, dan selama ini saya sebelumnya belum pernah melihat aura kebanggaan seperti ini pada komunitas marketplace yang lain.
Di lain kesempatan, sahabat saya, Danny Baskara sempat mengatakan bahwa yang namanya Jaya Setiabudi , founder Yukbisnis.com itu adalah biangnya para “entrepreneur hajar bleh.”
Saya pun mengejar mas Jay untuk ngoberol di sebuah hotel di dekat Sarinah Thamrin untuk mengorek ada apa sebenarnya di dalam komunitas Yukbisnis? apa benar seorang Jay adalah seorang community builder yang hebat? why ? Saat itu jam 11 malam. Mbah @WebmasterID juga sempat mampir kongkow sebentar.


Berikut ini adalah sharing dari Jaya Setiabudi, tentang values dari seorang entrepreneur.
Seberapa banyak yang akan menangis ketika Ia mati? Tergantung seberapa banyak yang Ia tanam ketika Ia hidup.
Kartu peluang kita seringkali ada di tangan orang lain dan sebaliknya kartu peluang orang lain ada di tangan kita.
Manusia itu belajar dengan berjalannya waktu dan kejadian. Itu pun kalau Ia mendapatkan hidayah

Saya Jaya Setiabudi, founder Momentum Group yang juga memiliki pelatihan Young Entrepreneur Association dan Entrepreneur camp.
“Momentum” adalah suatu energi yang berputar terus-menerus, momentum ini memiliki elemen yaitu 4 baling-baling dan 1 poros.
Elemen pertama adalah courage with responsibility, kita berani dan bertanggungjawab. Courage adalah elemennya, responsibility adalah valuenya sebagai pengamannya.  Courage adalah keberanian, menjadi pebisnis kan garis bawahnya hanya keberanian, tetapi perlu memiliki value responsibility sebagai penyeimbang.
Kita memang berani mengutang, tetapi tanggung jawablah saat hutangnya macet, kalau ditelepon jangan dimatikan, memang tidak enak kalau kita jawab telepon saat hutang macet, tetapi kita harus responsibility jangan kabur begitu saja.
Elemen ke-dua adalah credibility with integrity. Kredibilitas dibangun bertahap dan bukan sekedar kampanye kosong seperti Pilkada. “Kemarin-kemarin ke mana aja bro? kok baru muncul saat kampanye?” nyumbang kanan-kiri, nongol baru hari ini, ini seperti credibility without integrity.
Saya lebih suka jika orang apa adanya, seperti Oskar Schlinder di film Schlinder List, buat saya tokoh ini adalah tokoh “tidak ideal yang ideal”, dia ini seorang yang oportunis, jika dia melihat peluang maka Ia akan menekan orang Yahudi, tanpa modal Ia bisa memiliki pabrik dan mengeruk uang sebanyak-banyaknya, main cewek juga iya, tetapi pada saat hatinya tersentuh oleh kemanusiaan, Ia sumbangkan seluruh hartanya tanpa tersisa untuk menyelamatkan orang Yahudi.
Pada suatu saat Direktur keuangannya bertanya :
“Masih ada harta yang kamu sembunyikan dari saya?”
“Tidak ada.”
“Berarti kita bangkrut.”
Inilah Oskar Schlinder. Mending orang membangun nama baik dengan integritas, apa adanya saja deh, kalau belum ustad jangan mengaku ustad, boleh berdoa untuk jadi ustad, lebih baik kalau maling bilang saja maling, tetapi maling orang tertentu saja.
Saya sendiri bukan orang suci, tetapi kalau menyakiti orang lain, InsyaAllah tidak.
Ini elemen ke-dua, credibility with integrity.

Elemen ke-tiga disebut “Connectivity with sincerity.”
Kebanyakan dari kita hanya membangun jaringan secara luas, ke kiri dan kanan. Bukan membangun jaringan ke dalam, ke akarnya.
Jaringan luas itu sedikit-sedikit “halo bro!” kenalannya banyak. Tetapi ikatan emosionalnya belum tentu.
Seberapa banyak yang akan menangis ketika Ia mati? Tergantung seberapa banyak yang Ia tanam ketika Ia hidup.
Kebanyakan orang membangun hubungan karena ada maunya. Kalau saya kasih kamu sesuatu, kamu balas saya apa? Atau mau membangun hubungan sudah mikir duluan, dia bisa menguntungkan saya apa ya?
Jarang ada orang yang datang ke suatu komunitas dan berkata “Saya join ke sini saya bisa bantu apa ya?.”
Hanya orang yang bermental kelimpahan bisa melakukan ini.
Ini bukan soal kaya atau miskin, kaya atau miskin buat saya itu mentalitas, kalau mentalitasnya miskin, punya harta banyak pun kalau datang ke komunitas mikirnya “Gue dapat apa?.”
Kenapa tidak kita datang just give. Just give without expect to take.
Dampaknya dua.
Satu, energi kita murni, aura kita positif.  Kalau ketemu sama orang, orang bisa menilai dari bawah sadarnya “gak ngerti kenapa, aku sreg sama dia.”
Dua, kalau dia give ke seseorang, belum tentu seseorang ini akan balik give ke dia, tetapi bisa jadi, orang lain yang akan give ke dia. Kalau percaya dengan Law of Attraction, sebenarnya ini masuk logika semua, dengan positifnya aura dia, lalu orang yang ditolong itu ketemu orang lain yang ternyata membutuhkan produknya dia, nanti dari tangan dia akan mengalir orderan.
Kita harus tahu bahwa rejeki kita bisa datang dari orang lain.
Ini namanya kartu peluang.
Kartu peluang kita seringkali ada di tangan orang lain dan sebaliknya kartu peluang orang lain ada di tangan kita.
Ada dua skenario menyikapi kartu peluang yang datang ke kita.
Skenario pertama, usaha saya salon, usaha kamu catering.
“Mas, saya ada peluang catering, kasih komisi 10% ya!”
“Oke. Deal”
Besoknya kamu punya peluang salon.
“Mas, saya ada peluang salon nih, komisi 10% juga dong!”
Tetapi kalau ada orang lain yang nawar :
“Saya ambil peluangnya saya kasih 20% deh !” sah tidak kamu beri ke yang menawarkan 20% ? sah dong, namanya juga bisnis yang didahului tawar-menawar. Ini skenario pertama, bisnis tanpa ikatan emosional. Bisnis transaksional.

Skenario ke-dua.
“Mas ini ada peluang katering,
“Berapa persen nih saya harus bayar komisinya”
“Komisi apaan sih? Kamu kayak orang lain aja, ini buat kamu, ini rejekimu bukan rejekiku, kebetulan pas lewat tanganku aja”
Besoknya, ada peluang salon.
“Mas ini ada peluang salon”
Kira-kira dia minta komisi berapa ? Ya tidak minta dong.
Kalau di samping  dia ada yang minta peluang itu dengan menawarkan 10% komisi, kira-kira diberi tidak ?
Lebih langgeng yang mana ? Lebih cepat yang mana ?
Proses negosiasi transaksi seperti ini membuat rejeki kita jadi lambat, atau melambatkan rejeki orang. Pada saat kamu meminta komisi “mas tambahin 5% lagi dong” lalu menaikkan harga 5%, ternyata harga dimasukkan ke sana tidak masuk. Saya sebenarnya sudah menghambat rejeki orang untuk masuk ke sana.
Hal ini sudah menghambat dua hal, yang pertama, bisa jadi tidak dapat, kalau dapatpun, tersendat dan terkorupsi oleh fee.
Coba kita tidak melakukan fee perantara.
Di milis Ecamp, kami punya prinsip,
Kartu peluang yang bukan milik kita, buanglah di situ.
“Bro sis, ada kartu peluang nih, langsung contact orangnya saja ya, jangan lewat saya”
Lalu mereka rebutan peluang yang ada.
Besoknya, karena mereka di give, mereka juga akan memberikan peluang yang mereka punya.
Sebetulnya pada saat kita give ke orang lain, sebenarnya kita build kredibilitas, bukan di mata mereka, tetapi di hati mereka.
Wah orang itu nge-give terus, nge-give terus
Besoknya orang itu akan dilempari peluang sama orang, banyak.
Di situlah rejeki akan mengalir dari mata air yang tidak kita sangka, dengan energi yang positif dan tidak hitung-hitungan.
Ini adalah konsep rejeki, kedalaman dari penjelasan “give without expect to take” atau “giver’s gain” – elemen ke-3 dari momentum “connectivity with sincerity.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar